Para pria tampan nan cantik itu, yang selalu
aku pandangi di layar komputerku. Yang menari dan bernyanyi bagaikan malaikat
yang dikirimkan Tuhan untuk meggoyahkan keimananku. Setiap saat aku memikirkan
mereka, setiap saat aku merasa bodoh hanya untuk mereka, berpikir akan bertemu
dengan mereka pun akan membuatku menitikan air mata. Ya, aku memang penggila
Korea! Dan aku tergila-gila akan boyband-boybandnya. Dan entah apakah tuhan
salah mengirimkan karunianya atau ini memang takdir yang telah dituliskan-Nya
untukku. Aku memiliki kesempatan pergi ke negeri gingseng yang dipenuhi para
pageran rupawan itu, berkat membelikan pulsa ke mama yang tak pernah aku kenal
aku mendapatkan hadiah yang sangat besar. Tanpa berfikir panjangan aku segera
membeli sebuah tiket menuju ke korea dan memperbaharui paspor serta visaku.
Kini
aku ada di Bandara Incheon. Ini sungguh bagaikan mimpi, arsitek bangunan ini
sungguh menusuk mataku akan keindahannya, aku semakin terkesan akan negara Park
Jisung ini. Dengan penuh semangat, aku berjalan keluar dan memanggil taxi untuk
mengatarku berkeliling, melihat pemandangan semu bagaikan keajaiban yang
tertiup angin. Sesampainya di hotel yang aku ketahui dari mbah google, aku
segera check in dan merebahkan diriku di tempat tidur. Namun aku tak ingin
membuang waktuku menjelajahi negri ini. Aku pun menyambar mantel tebalku dan
bergegas pergi meninggalkan kamar princess itu.
Banyak
drama korea yang telah aku saksikan yang memberi banyak pengetahuan mengenai
negri gingseng ini , banyak pula tempat yang ingin aku kunjungi untuk meluapkan
hasratku. Ada satu tempat yang sangat ingin aku kunjungi selama ini, yaitu
Gunung Sorak. Meskipun tempat itu sangat jauh dari hotel tempatku menginap,
teringat akan keindahan alam dan kedamaian suasananya membuatku penasaran untuk
pergi kesana. Aku menggunakan taxi untuk segera menuju ke Gunung Sorak. Setelah
samapai, aku harus berjalan lagi beberapa kilometer untuk mencapai taman hutan
yang terkenal.
Meskipun
jarak yang harus ku tempuh begitu jauh, melihat pemukiman warga di kaki gunung dan
pemandangan yang begitu indah membuat semangatku terus membara. Akhirnya aku
sampai ditempat tujuan, aroma bunga yang begitu menyengat tak bisa berkompromi
dengan hidungku yang dengan cepat meneteskan cairan darah. Namun itu tak
menghalangi keinginanku untuk menjelajahi gunung ini dan menikmati setiap
detail keindahannya.
Hingga
kicauan burung senja menyadarkanku bahwa mentari akan segera turun dari
singgasananya. Malam akan segera tiba dan aku harus bergegas kembali, kecuali
aku ingin melewati malam pertamaku di korea di dalam hutan di gunung mungkin
tak berpenghuni. Aku segera berbalik memutar haluanku untuk mencari jalan
pulang, seketika aku tercengang melihat hanya ada pepohonan dihadapanku yang
semakin rindang saja jika diperhatikan. Tentu saja ada pohon, karena ini adalah
hutan. Tapi benar-benar tak tahu kemana harus melangkah, aku benar-benar tak
mengingat jalur yang tadi aku lewati. Dengan rasa khawatir yang menyelubungi
tubuhku, aku terus mencoba berjalan tak tentu arah, mencoba menuruni gunung ini
secepat mungkin. Hingga akhirnya aku melihat pemukiman warga, ini artinya aku
telah sampai di kaki gunung dan hanya perlu berjalan dan mencari transportasi
walaupun cukup jauh.
Namun
kini jantungku terus berdentum bagaikan bom hiroshima menyadari bahwa aku
benar-benar telah lupa kemana aku harus pergi.
No comments:
Post a Comment