July 07, 2014

Dialog 'Ujian Sekolah SMAN 1 Watir'


Monolog
            1 jam menjelang Ujian Sekolah SMAN 1 Watir, tiga siswa watir sedang berbincang-bincang.
Idah                             : “Ehh.. Ehh.. denger-denger guru yang ngawas hari ini tuhh guru agama yang ganas banget itu lho”
Ijah                              : “Beneran?! Yah.. gimana dong. Apalagi sekarang pelajaran inggris peminatan sama matematika peminatan.. hwaaa ga minat!!”
Inem                            : “Tenang aja, kita kan duduk di belakang ini”
Idah                             : “Bener juga.. mudah-mudahan aja aman”
Ijah                              : “Kita udah berpengalaman nyaris 3 tahun.. lagipula, banyak kan pengikut kita.. so keep calm and nyontek~”
Ujian sekolah pun dimulai. Seperti biasa para siswa berjamaah menyontek. Kalkulator dan buku di kolong meja, tangan kiri menggenggam handphone, tangan kanan sibuk memberikan kode, dan lembar jawaban yang terus berpindah tangan. Saat Ijah sedang sibuk dengan handphone nya, sang pengawas datang menerkam.
Bapak Pengawas        : “Handphone nya bagus sekali, boleh buat bapak?”
Mengetahui arti dari kata-kata itu, dan teringat dengan hukuman apa yang akan ia hadapi kelak, dengan sigap Ijah mengelak.
Ijah                              : “Bapak! Barusan saya dapat sms Pak! Hiks.. hiks.. hiks.. (berpura-pura menangis tersedu-sedu)”
Bapak Pengawas        : “Dapat sms apa? Anda gagal mengakses kunci jawaban?”
Ijah                              : “Kakek saya meninggal pak!! Hiks.. hiks.. hiks.. bagaimana ini pak? Saya harus segera pulang, padahal saya masih ingin mengerjakan soal yang sangat menakjubkan ini”
Bapak Pengawas        : “Tidak usah dipikirkan..”
Ketua Kelas                 : “Tidak usah dipikirkan.. yang sudah mati biarkanlah mati, dan kau harus tetap melaksanakan ujian”
Bapak Pengawas        : “Bapak turut prihatin ya Ijah, bergegaslah pulang”
Ijah                              : “Baiklah kalau begiru pak, saya akan segera bergegas pulang”

Ijah pun pergi meninggalkan kelas dengan rasa lega yang luar biasa biasa saja(?). Keesokan harinya ia pun berbincang-bincang kembali dengan teman-teman nya.
Inem                            : “Alibi kamu waktu itu bagus banget jah”
Idah                             : “Oh jadi bohongan yah?”
Inem                            : “Idah, apa kau lupa.. kita bertiga ini kan dari panti asuhan yang sama”
Ijah                              : “Aku bahkan tidak tahu, apakah aku punya kakek atau tidak”
Idah                             : “Oh ya, selamat kau telah lolos dari hukuman, tapi kau melewatkan sesuatu yang paling penting”
Ijah                              : “Benarkah? Tapi aku akan dapat uang dari osis hahaha”
Inem                            : “Bapak Pengawas yang ganas itu, memberi tahukan kunci jawaban secara masal di kelas”
Idah                             : “Yup! Jadi kami pasti akan mendapat nilai seratus untuk ujian kemarin, tapi kau harus mengerjakan ujian susulan seorang diri. Selamat!”
Ijah pun pingsan seketika.

Abstraksi                     : 1 jam menjelang Ujian Sekolah SMAN 1 Watir, tiga siswa watir sedang berbincang-bincang
Orientasi                     : Ujian sekolah pun dimulai. Seperti biasa para siswa berjamaah menyontek. Kalkulator dan buku di kolong meja, tangan kiri menggenggam handphone, tangan kanan sibuk memberikan kode, dan lembar jawaban yang terus berpindah tangan
Krisis                            : Saat Ijah sedang sibuk dengan handphone nya, sang pengawas datang menerkam
Reaksi                          : Dengan sigap Ijah mengelak bahwa ia mendapatkan kabar bahwa kakeknya telah meninggal
Koda                           : Ijah pingsan setelah mendengar bahwa bapak pengawas memberi tahukan kunci jawaban secara masal di kelas, sementara ia harus melakukan ujian susulan seorang diri

No comments:


\