November 14, 2012

Cerpen 'Centaur & Devil Elf'



Centaur & Devil Elf

            Pada zaman dahulu hiduplah dua kaum yang telah bermusuhan selama berabad-abad, yaitu kaum Centaur dan kaum Elf. Kedua kaum itu tinggal di satu pulau yang sama yaitu Ampixisland, namun tentu saja mereka menempati wilayah yang berbeda yang dibatasi oleh sebuah hutan bernama Axraforest, karena kepercayaan yang membuat mereka bermusuhan. Kepercayaan itu adalah kepercayaan yang telah melegenda diantara keduanya, dimana jika salah seorang dari kedua kaum bersentuhan mereka akan terkutuk.
Saat semua orang mempercayai legenda itu dan menjauhinya, ada sepasang kekasih yang mengabaikannya. Pasangan tersebut berasal dari kaum yang berbeda, sang pria merupakan kaum Centaur yang bernama Aclous sedangkan sang wanita merupakan kaum Elf yang bernama Ferara. Mereka pertama kali bertemu di hutan Axraforest, saat ituAclous menemukan Ferara yang terluka parah dan berniat untuk menolongnya. Awalnya ia menyangka Ferara adalah manusia biasa, tapi setelah melihat sesuatu berwarna orange didahi wanita itu, ia tahu bahwa wanita itu adalah kaum Elf.
Walaupun mengetahui bahwa Ferara adalah Elf, Aclous tetap menolongnya tanpa rasa takut sedikitpun. Bagaimana akan takut, wajah Ferara yang begitu cantik malah membuat Aclous jatu hati.Aclous mengobati luka Ferara dengan sepenuh hati dan penuh dengan kehati-hatian agar tidak menyentuh kulitnya sedikitpun karena takut jika itu akan menyakiti mereka berdua. Tak lama, Ferara pun terbangun dan tercengang setelah melihat wujud Aclous yang merupakan kaum Cantaur. Namun setelah melihat wajah pria itu penuh dengan rasa kekhawatiran dan ketulusan, dan karena Aclous juga memiliki wajah yang tak kalah rupawan, Ferara pun tersenyum.
Dan mereka jatuh cinta pada pangdangan pertama, mereka berdua saling bertukar senyuman cukup lama, namun terhenti ketika melihat sesuatu yang ada di dahi Ferara berubah menjadi warna merah jambu. Karena sangat penasaran Aclous pun bertanya “Benda apa itu? Terakhir kali aku meilhanya.. benda itu berwarna orange, tapi mengapa sekarang menjadi merah jambu?”, dengan sedikit ragu Ferara menjawab “Ahh.. ini –sambil memegang dahinya-, ini Amo, bisa dibilang ini sinyal mengenai perasaanku, karena kami kaum Elf tidak pernah mengenal apa yang kita rasakan, kau bilang sekarang Amo ku berwarna merah jambu, ini mengagumkan”, mendengar penjelasan itu Aclous hanya bisa tersenyum. Lalu mereka berbincang, perbincangan itu diawali oleh Ferara walaupun sedikit canggung “Bolehkah aku tahu siapa namamu?” “Aclous.. kau bisa memanggilku Aclous” “Aku Ferara, kau yang telah menyelamatkanku ‘kan? Bagaimanapun terimakasih banyak” “Ya.. apakah kaummu tidak mencarimu?” “Ahh.. Ya, aku harus pergi. Kita rahasiakan hal ini dari kaum kita ok? Sampai jumpa Aclous –dengan senyuman yang tersirat di wajahnya ia meninggalkan Aclous-” “Sampai jumpa? Apa artinya kita akan bertemu lagi? Aku harap begitu” gumam Aclous.

Sejak saat itu, mereka sering bertemu di hutan Axraforest. Dan dengan bergulirnya waktu hubungan mereka semakin dekat. Entah karena terlalu mencintai sehingga dibutakan menuju jalan yang salah, ataukah karena memang takdir mereka yang sudah tertulis seperti itu. Namun satu hal yang mereka sepakati yaitu mereka tidak boleh saling bersentuhan karena takut terkutuk seperti yang dikatakan legenda, walaupun sebenarnya mereka tidak mempercayainya. Bahkan mereka tidak bisa bergandengan tangan, walaupun itu sedikit menyakitkan bagi mereka, akan lebih menyakitkan lagi jika mereka terpisah oleh kutukan.
Suatu ketika saat mereka berdua sedang menyusuri hutan Axraforest, Amo Ferara berubah menjadi hitam, Aclous tercengang setelah melihat ekspresi Ferara juga turut berubah drastis.  Seakan orang lain yang sedang ada dihadapannya sekarang, ekspresi itu benar-benar tidak ia kenal. Sekarang sosok itu sedang memandanginya dengan mata penuh kebencian, dan tiba-tiba berlari menjauhinya tanpa sebab.
Setelah kejadian itu Aclous segera meminta penjelasan kepada Ferara, namun Ferara selalu mengelak dan mengalihkan pembicaraan. Hal itu masih bisa ia kendalikan, dan dengan berjalannya waktu ia mulai terbiasa dengan sikap Ferara, bahkan suatu ketika sosok itu pernah memaki Aclous dan mengancam akan membunuhnya.Aclous benar-benar curiga dan penasaran akan sikap Ferara, lalu ia mempelajari legenda yang ada diantara kaum mereka yaitu kaum Centaur dan kaum Elf. Dan semua usaha Aclous akhirnya membuahkan hasil. Dari legenda itu, dapat disimpulkan bahwa Ferara adalah seorang Devil Elf yang berwujud setengah peri dan setengah setan. Tentu saja kenyataan itu membuat hati Aclous terluka teramat dalam.
Setelah sadar bahwa sikapnya semakin memburuk, Ferara pergi menemui Aclous. Ia meminta agar Aclous menjauhinya, karena hal itu akan menyakiti Aclous. Namun Aclous bersikeras untuk mempertahankan hubungan mereka, dan tak akan melepaskan Ferara walaupun ia tahu itu akan sangat menyakitkan baginya. Dalam hati Aclous berkatakau ingin kita berpisah.. beraninya kau berkata seperti itu.. jadi kau ingin menderita seorang diri.. aku tahu itu sakit.. kenapa tidak memberitahuku yang sesungguhnya.. aku akan menolongmu.. kau benar-benar picik karena menanggungnya seorang diri.
Sejak saat itu Acloustak pernah melihat Ferara lagi, itu telah berlangsung selama seminggu, namun Aclous tetap menanti. Iya yakin Ferara pasti akan datang, namun kesabarnnya pun ada batasnya. Aclous memutuskan untuk pergi ke wilayah Elf, walaupun tahu itu akan mengancam nyawanya. Benar saja, belum lama ia memasuki perbatasan ia segera dipanah oleh kaum Elf. Mendengar bahwa ada kaum Centaur yang memasuki wilayahnya, Ferara merasa tegang bercampur bahagia, ia tahu bahwa itu Aclous. Ferara segera menuju perbatasan, namun ia benar-banar tak dapat membayangkan apa yang ia lihat saat ini, pandangannya terpaku pada tubuh Aclous yang berlumuran darah.


Bukannya bahagia, Aclous malah menangis melihat Ferara yang membisu didepannya. Ia takut Ferara akan bernasib sama sepertinya jika mereka semua tahu bahwa Ia dan Ferara tengah menjalin hubungan terlarang. Melihat Ferara mendekatinya, Aclous segera berlari secepat-cepatnya menjauhi tempat itu dengan darah yang masih mengalir dari lukanya. Tanpa berfikir panjang Ferara segera mengejar Aclous tanpa mempedulikan perkataan kaum Elf lainnya.
Tanpa melihat ke belakang Aclous terus berlari tanpa henti dengan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Perlahan Aclous mulai kehilangan keseimbangan, tubuhnya terasa sakit sekali namun masih tetap tersenyum sambil memikirkan kenangannya bersama Ferara walaupun air mata terus membasahi pipinya, kepalanya terasa berat sekali namun masih tetap memikirkan wajah Ferara.
Tanpa ia sadari sebuah jurang telah menantinya didepan sana, Aclous pun tersandung dan terjatuh ke dalam jurang. Namun sebelum itu lengan Ferara menahan Aclous. Ferara tersenyum penuh arti saat Aclous memandangnya dan mempererat cengkramannya, Aclous berkata “Maaf.. Maafkan aku..  Maafkan aku karena tak ada disisimu saat kau membutuhkanku”. Tetapi saat ia berusaha menarik Aclous naik, Amo nya kembali menjadi berwarna hitam. Melihat itu Aclous tahu apa yang akan terjadi. Dan sosok itu pun melepaskan tangan Aclous sehingga Aclous terjatuh ke dalam jurang.
Aclous jatuh dengan senyuman manis diwajahnya. Ia yakin bahwa itu adalah yang terbaik bagi mereka, ia harus menerima resikonya karena mencintai orang yang salah. Namun ini takdirnya, apa yang bisa ia perbuat dengan itu.
Sementara itu Ferara sedang menangisi kepergian Aclous. Kini ia dibayangi rasa penyesalan yang begitu mendalam, mengetahui ialah yang telah membunuh kekasihnya sendiri. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Ketika ia sedang menangis hebat, ia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya, kini warna Amonya tidak menentu dan didominasi oleh warna orange. Dan dengan seketika Ferara berubah menjadi sekuntum bunga tulip yang begitu indah.
Mungkin memang inilah yang harus mereka jalanni. Melanggar sebuah peraturan karena dibutakan oleh cinta, sehingga cinta mereka menjadi sebuah pelanggaran, dan takdir mereka merupakan kesalahan. Namun mereka yakin cinta mereka akan tetap hidup didalam hati keduanya, walaupun itu sebuah pelanggaran, walaupun cinta mereka adalah kesalahan, tapi itu adalah kesalahan yang indah.

The End

No comments:


\