Centaur & Devil Elf
Pada zaman dahulu hiduplah dua kaum yang telah bermusuhan selama berabad-abad,
yaitu kaum Centaur dan kaum Elf. Kedua kaum itu tinggal di satu pulau yang sama
yaitu Ampixisland, namun tentu saja mereka menempati wilayah yang berbeda yang
dibatasi oleh sebuah hutan bernama Axraforest, karena kepercayaan yang membuat
mereka bermusuhan. Kepercayaan itu adalah kepercayaan yang telah melegenda
diantara keduanya, dimana jika salah seorang dari kedua kaum bersentuhan mereka
akan terkutuk.
Saat semua orang mempercayai legenda itu dan menjauhinya, ada
sepasang kekasih yang mengabaikannya. Pasangan tersebut berasal dari kaum yang
berbeda, sang pria merupakan kaum Centaur yang bernama Aclous sedangkan sang
wanita merupakan kaum Elf yang bernama Ferara. Mereka pertama kali bertemu di
hutan Axraforest, saat ituAclous menemukan Ferara yang terluka parah dan
berniat untuk menolongnya. Awalnya ia menyangka Ferara adalah manusia biasa,
tapi setelah melihat sesuatu berwarna orange didahi wanita itu, ia tahu bahwa
wanita itu adalah kaum Elf.
Walaupun mengetahui bahwa Ferara adalah Elf, Aclous tetap
menolongnya tanpa rasa takut sedikitpun. Bagaimana akan takut, wajah Ferara
yang begitu cantik malah membuat Aclous jatu hati.Aclous mengobati luka Ferara
dengan sepenuh hati dan penuh dengan kehati-hatian agar tidak menyentuh
kulitnya sedikitpun karena takut jika itu akan menyakiti mereka berdua. Tak
lama, Ferara pun terbangun dan tercengang setelah melihat wujud Aclous yang
merupakan kaum Cantaur. Namun setelah melihat wajah pria itu penuh dengan rasa
kekhawatiran dan ketulusan, dan karena Aclous juga memiliki wajah yang tak
kalah rupawan, Ferara pun tersenyum.
Dan mereka jatuh cinta pada pangdangan pertama, mereka berdua
saling bertukar senyuman cukup lama, namun terhenti ketika melihat sesuatu yang
ada di dahi Ferara berubah menjadi warna merah jambu. Karena sangat penasaran
Aclous pun bertanya “Benda apa itu? Terakhir kali aku meilhanya.. benda itu
berwarna orange, tapi mengapa sekarang menjadi merah jambu?”, dengan sedikit
ragu Ferara menjawab “Ahh.. ini –sambil memegang dahinya-, ini Amo, bisa
dibilang ini sinyal mengenai perasaanku, karena kami kaum Elf tidak pernah
mengenal apa yang kita rasakan, kau bilang sekarang Amo ku berwarna merah
jambu, ini mengagumkan”, mendengar penjelasan itu Aclous hanya bisa tersenyum.
Lalu mereka berbincang, perbincangan itu diawali oleh Ferara walaupun sedikit
canggung “Bolehkah aku tahu siapa namamu?” “Aclous.. kau bisa memanggilku
Aclous” “Aku Ferara, kau yang telah menyelamatkanku ‘kan? Bagaimanapun
terimakasih banyak” “Ya.. apakah kaummu tidak mencarimu?” “Ahh.. Ya, aku harus
pergi. Kita rahasiakan hal ini dari kaum kita ok? Sampai jumpa Aclous –dengan
senyuman yang tersirat di wajahnya ia meninggalkan Aclous-” “Sampai jumpa? Apa
artinya kita akan bertemu lagi? Aku harap begitu” gumam Aclous.
Sejak saat itu, mereka sering bertemu di hutan Axraforest. Dan
dengan bergulirnya waktu hubungan mereka semakin dekat. Entah karena terlalu
mencintai sehingga dibutakan menuju jalan yang salah, ataukah karena memang
takdir mereka yang sudah tertulis seperti itu. Namun satu hal yang mereka
sepakati yaitu mereka tidak boleh saling bersentuhan karena takut terkutuk
seperti yang dikatakan legenda, walaupun sebenarnya mereka tidak
mempercayainya. Bahkan mereka tidak bisa bergandengan tangan, walaupun itu
sedikit menyakitkan bagi mereka, akan lebih menyakitkan lagi jika mereka
terpisah oleh kutukan.
Suatu ketika saat mereka berdua sedang menyusuri hutan
Axraforest, Amo Ferara berubah menjadi hitam, Aclous tercengang setelah melihat
ekspresi Ferara juga turut berubah drastis. Seakan orang lain yang sedang
ada dihadapannya sekarang, ekspresi itu benar-benar tidak ia kenal. Sekarang
sosok itu sedang memandanginya dengan mata penuh kebencian, dan tiba-tiba
berlari menjauhinya tanpa sebab.
Setelah kejadian itu Aclous segera meminta penjelasan kepada
Ferara, namun Ferara selalu mengelak dan mengalihkan pembicaraan. Hal itu masih
bisa ia kendalikan, dan dengan berjalannya waktu ia mulai terbiasa dengan sikap
Ferara, bahkan suatu ketika sosok itu pernah memaki Aclous dan mengancam akan
membunuhnya.Aclous benar-benar curiga dan penasaran akan sikap Ferara, lalu ia
mempelajari legenda yang ada diantara kaum mereka yaitu kaum Centaur dan kaum
Elf. Dan semua usaha Aclous akhirnya membuahkan hasil. Dari legenda itu, dapat
disimpulkan bahwa Ferara adalah seorang Devil Elf yang berwujud setengah peri
dan setengah setan. Tentu saja kenyataan itu membuat hati Aclous terluka
teramat dalam.
Setelah sadar bahwa sikapnya semakin memburuk, Ferara pergi
menemui Aclous. Ia meminta agar Aclous menjauhinya, karena hal itu akan
menyakiti Aclous. Namun Aclous bersikeras untuk mempertahankan hubungan mereka,
dan tak akan melepaskan Ferara walaupun ia tahu itu akan sangat menyakitkan
baginya. Dalam hati Aclous berkatakau ingin kita berpisah.. beraninya kau
berkata seperti itu.. jadi kau ingin menderita seorang diri.. aku tahu itu
sakit.. kenapa tidak memberitahuku yang sesungguhnya.. aku akan menolongmu..
kau benar-benar picik karena menanggungnya seorang diri.
Sejak saat itu Acloustak pernah melihat Ferara lagi, itu telah
berlangsung selama seminggu, namun Aclous tetap menanti. Iya yakin Ferara pasti
akan datang, namun kesabarnnya pun ada batasnya. Aclous memutuskan untuk pergi
ke wilayah Elf, walaupun tahu itu akan mengancam nyawanya. Benar saja, belum
lama ia memasuki perbatasan ia segera dipanah oleh kaum Elf. Mendengar bahwa
ada kaum Centaur yang memasuki wilayahnya, Ferara merasa tegang bercampur
bahagia, ia tahu bahwa itu Aclous. Ferara segera menuju perbatasan, namun ia
benar-banar tak dapat membayangkan apa yang ia lihat saat ini, pandangannya
terpaku pada tubuh Aclous yang berlumuran darah.
Bukannya bahagia, Aclous malah menangis melihat Ferara yang
membisu didepannya. Ia takut Ferara akan bernasib sama sepertinya jika mereka
semua tahu bahwa Ia dan Ferara tengah menjalin hubungan terlarang. Melihat
Ferara mendekatinya, Aclous segera berlari secepat-cepatnya menjauhi tempat itu
dengan darah yang masih mengalir dari lukanya. Tanpa berfikir panjang Ferara
segera mengejar Aclous tanpa mempedulikan perkataan kaum Elf lainnya.
Tanpa melihat ke belakang Aclous terus berlari tanpa henti
dengan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Perlahan Aclous mulai kehilangan
keseimbangan, tubuhnya terasa sakit sekali namun masih tetap tersenyum sambil
memikirkan kenangannya bersama Ferara walaupun air mata terus membasahi
pipinya, kepalanya terasa berat sekali namun masih tetap memikirkan wajah
Ferara.
Tanpa ia sadari sebuah jurang telah menantinya didepan sana,
Aclous pun tersandung dan terjatuh ke dalam jurang. Namun sebelum itu lengan
Ferara menahan Aclous. Ferara tersenyum penuh arti saat Aclous memandangnya dan
mempererat cengkramannya, Aclous berkata “Maaf.. Maafkan aku.. Maafkan
aku karena tak ada disisimu saat kau membutuhkanku”. Tetapi saat ia berusaha
menarik Aclous naik, Amo nya kembali menjadi berwarna hitam. Melihat itu Aclous
tahu apa yang akan terjadi. Dan sosok itu pun melepaskan tangan Aclous sehingga
Aclous terjatuh ke dalam jurang.
Aclous jatuh dengan senyuman manis diwajahnya. Ia yakin bahwa
itu adalah yang terbaik bagi mereka, ia harus menerima resikonya karena
mencintai orang yang salah. Namun ini takdirnya, apa yang bisa ia perbuat
dengan itu.
Sementara itu Ferara sedang menangisi kepergian Aclous. Kini ia
dibayangi rasa penyesalan yang begitu mendalam, mengetahui ialah yang telah
membunuh kekasihnya sendiri. Ia menyalahkan dirinya sendiri. Ketika ia sedang
menangis hebat, ia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya, kini warna Amonya
tidak menentu dan didominasi oleh warna orange. Dan dengan seketika Ferara
berubah menjadi sekuntum bunga tulip yang begitu indah.
Mungkin memang inilah yang harus mereka jalanni. Melanggar
sebuah peraturan karena dibutakan oleh cinta, sehingga cinta mereka menjadi
sebuah pelanggaran, dan takdir mereka merupakan kesalahan. Namun mereka yakin
cinta mereka akan tetap hidup didalam hati keduanya, walaupun itu sebuah
pelanggaran, walaupun cinta mereka adalah kesalahan, tapi itu adalah kesalahan
yang indah.