Sheeper
Suatu hari di padang rumput yang begitu
indah, hiduplah seekor domba dan tentu hewan lainnya. Domba tersebut amat
disenangi oleh hewan lainnya, karena ia begitu ceria dan mengagumkan yang dapat
membuat orang disekitarnya ikut ceria dan bahagia. Domba itu bernama Sheeper,
ia memiliki bulu yang lebat berkilauan, ia memiliki kaki yang lincah dan ia
juga sangat pandai dalam menari dengan kakinya yang lincah. Semua hewan suka
pada tariannya, semua orang suka padanya, dan begitu pula dengan dirinya, ia
juga sangat bangga pada dirinya. Setiap hari ia hidup dengan rasa bangga yang
begitu besar dalam dirinya, setiap hari ia menari dengan ceria untuk dirinya
dan juga untuk hewan disekitarnya.
Namun suatu hari di bulan mei,
datanglah sebuah truk. Tiba-tiba ada tangan yang menarik Sheeper masuk ke dalam
truk tersebut dan membawanya entah kemana. Truk tersebut bukanlah pertanda baik
bagi Sheeper, ia dipulangkan dengan hal buruk menyertainya. Ia kembali sebegai
orang asing, kini ia tak memiliki bulunya yang berkilauan dan itu membuatnya
kehilangan rasa percaya dirinya. Ditambah hewan lainnya yang tak bisa memahami
keadaannya sekarang, mereka hanya terus memperolok-olok domba dengan kulit pink
tanpa bulu itu. Sheeper semakin merasa tertekan, serasa jiwanya entang pergi
kemana. Kini hanya tubuh lemahnya yang terduduk tak berdaya. Ia kehilangan
segalanya, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Ia benar-benar merasa sedih,
ia pun menangis. Seketika badaipun turun, seakan menemani Sheeper dalam
tangisan kesedihannya.
Akhirnya diantara awan-awan muram yang
kelabu, ditimbulah secercah cahaya yang menyilaukan. Cahaya itu menyorot
seseorang di kejauhan. Itu adalah kelinci, seekor kelinci datang dari kejauhan.
Ia meloncat penuh keanggunan. Saat melewati padang rumput, ia melihat Sheeper
yang sedang merenung penuh kesedihan. Dengan sikap yang bijaksana kelinci
tersebut mencoba menegur domba yang sedang bersedih itu.“Hujan akan segera
reda, dan matahari sudah akan muncul kembali. Ayo keluar dari tempat berteduhmu
itu. Pemandangan setelah hujan turun adalah pemandangan yang indah dan paling
menyegarkan”. Namun sang domba tetap saja terduduk diam. Kelinci pun mencoba
bertanya kembali“Apa kau memiliki masalah?”. Bodohnya kelinci itu baru
menyadari kegundulan Sheeper, “Apa tak memiliki sehelai bulu pun menjadi
masalah yang sangat besar bagimu? Aku tahu itu memang sulit, tapi kau tak perlu
sesedih itu bung”. Akhirnya Sheeper menanggapi perkataan si kelinci “Tak
semudah itu, tak semudah apa yang kau katakan”. “Lalu sesulit apa?” “Ini
benar-benar memalukan asalkan kau tahu! Aku kehilangan bulu indahku, aku tak
bisa bahagia seperti dulu. Tak bisa berjalan dengan gagah bahkan menari dengan
kakiku. Sekarang aku hanya domba berkulit pink, dan semua hewan lain akan
mengolok-olokku. Ini benar-benar memuakan”. Kelinci mencoba menenangkannya “Apa
jika kau terus bersedih bulumu akan seketika tumbuh kembali seperti semula,
tentu tidak bukan?” “Tak ada yang bisa aku lakukan, aku hanya akan berdiam diri
hingga buluku kembali.. ahh aku rindu saat aku bisa menari dengan bahagia”.
Kelinci berbicara lagi pehuh semangat “Jangan pikir jika kau kehilangan satu
kebahagian kau akan kehilangan kebahagiaan yang lain. Kau hanya kehilangan
bulumu, dan rasa percaya dirimu hanya dirimulah yang bisa mengendalikannya. Kau
masih bisa melakukannya bung, terus menarilah dengan kakimu itu. Jangan
pedulikan orang lain yang mengolok-olokmu, setidaknya kau masih punya matahari,
bulan, dan bintang yang selalu menemani kehidupanmu. Menarilah dibawah sinar
matahari dan kau akan bersinar.. menarilah dibawah cahaya rembulan dan kau akan
menjadi bintang diantara bintang indah lainnya.. menarilah bung! Jangan
menyerah”. Kelinci sudah terlalu lama, ia merasa harus bergegas untuk
melanjutkan perjalanannya. Kelinci pun meninggalkan sheeper.
Setelah kelinci pergi, sheeper
menggumamkan kembali perkataan kelinci “Menarilah dibawah sinar matahari dan aku
akan bersinar.. menarilah dibawah cahaya rembulan dan aku akan menjadi bintang
diantara bintang indah lainnya. Apakah itu benar? Dia benar! Aku memang tak
memiliki bulu, tapi aku masih memiliki kakiku yang lincah”. Siang hari akan
segera berakhir, namun Sheeper tak mau menyia-nyiakan semangatnya yang baru
saja membara ini. Ia mencoba menari, menghentakan kakinya ke tanah dan sesekali
meloncat. Matahari terbenam, namun itu tak masalah baginya karena bulan dan
bintang akan segera datang. Langit senja yang begitu indah menjadi latar
tarianya dan suara kicauan burung bagaikan musik pengiring tarianya. Akhirnya
Sheeper mendapatkan kebahagiaannya kembali. Ia tidak mempedulikan hewan-hewan
yang memandanginya, ia hanya menikmati irama ketukan kakinya. Malam pun tiba dan
Sheeper masih tetap menari dengan riang.
Kini ia menari dibawah cahaya rembulan, ia menari sembari mendongak ke langit
yang luas. Ada banyak sekali bintang yang berkerlap-kerlip diatasnya,
memandangnya seakan membuatnya ikut berada disana. Menari diantara
bintang-bintang di langit. Malam ini aku
adalah bintang.. pikir Sheep dalam hati.
No comments:
Post a Comment