January 18, 2014

Cerpen 'Sheeper'

Sheeper

Suatu hari di padang rumput yang begitu indah, hiduplah seekor domba dan tentu hewan lainnya. Domba tersebut amat disenangi oleh hewan lainnya, karena ia begitu ceria dan mengagumkan yang dapat membuat orang disekitarnya ikut ceria dan bahagia. Domba itu bernama Sheeper, ia memiliki bulu yang lebat berkilauan, ia memiliki kaki yang lincah dan ia juga sangat pandai dalam menari dengan kakinya yang lincah. Semua hewan suka pada tariannya, semua orang suka padanya, dan begitu pula dengan dirinya, ia juga sangat bangga pada dirinya. Setiap hari ia hidup dengan rasa bangga yang begitu besar dalam dirinya, setiap hari ia menari dengan ceria untuk dirinya dan juga untuk hewan disekitarnya.

Namun suatu hari di bulan mei, datanglah sebuah truk. Tiba-tiba ada tangan yang menarik Sheeper masuk ke dalam truk tersebut dan membawanya entah kemana. Truk tersebut bukanlah pertanda baik bagi Sheeper, ia dipulangkan dengan hal buruk menyertainya. Ia kembali sebegai orang asing, kini ia tak memiliki bulunya yang berkilauan dan itu membuatnya kehilangan rasa percaya dirinya. Ditambah hewan lainnya yang tak bisa memahami keadaannya sekarang, mereka hanya terus memperolok-olok domba dengan kulit pink tanpa bulu itu. Sheeper semakin merasa tertekan, serasa jiwanya entang pergi kemana. Kini hanya tubuh lemahnya yang terduduk tak berdaya. Ia kehilangan segalanya, ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Ia benar-benar merasa sedih, ia pun menangis. Seketika badaipun turun, seakan menemani Sheeper dalam tangisan kesedihannya.

Akhirnya diantara awan-awan muram yang kelabu, ditimbulah secercah cahaya yang menyilaukan. Cahaya itu menyorot seseorang di kejauhan. Itu adalah kelinci, seekor kelinci datang dari kejauhan. Ia meloncat penuh keanggunan. Saat melewati padang rumput, ia melihat Sheeper yang sedang merenung penuh kesedihan. Dengan sikap yang bijaksana kelinci tersebut mencoba menegur domba yang sedang bersedih itu.“Hujan akan segera reda, dan matahari sudah akan muncul kembali. Ayo keluar dari tempat berteduhmu itu. Pemandangan setelah hujan turun adalah pemandangan yang indah dan paling menyegarkan”. Namun sang domba tetap saja terduduk diam. Kelinci pun mencoba bertanya kembali“Apa kau memiliki masalah?”. Bodohnya kelinci itu baru menyadari kegundulan Sheeper, “Apa tak memiliki sehelai bulu pun menjadi masalah yang sangat besar bagimu? Aku tahu itu memang sulit, tapi kau tak perlu sesedih itu bung”. Akhirnya Sheeper menanggapi perkataan si kelinci “Tak semudah itu, tak semudah apa yang kau katakan”. “Lalu sesulit apa?” “Ini benar-benar memalukan asalkan kau tahu! Aku kehilangan bulu indahku, aku tak bisa bahagia seperti dulu. Tak bisa berjalan dengan gagah bahkan menari dengan kakiku. Sekarang aku hanya domba berkulit pink, dan semua hewan lain akan mengolok-olokku. Ini benar-benar memuakan”. Kelinci mencoba menenangkannya “Apa jika kau terus bersedih bulumu akan seketika tumbuh kembali seperti semula, tentu tidak bukan?” “Tak ada yang bisa aku lakukan, aku hanya akan berdiam diri hingga buluku kembali.. ahh aku rindu saat aku bisa menari dengan bahagia”. Kelinci berbicara lagi pehuh semangat “Jangan pikir jika kau kehilangan satu kebahagian kau akan kehilangan kebahagiaan yang lain. Kau hanya kehilangan bulumu, dan rasa percaya dirimu hanya dirimulah yang bisa mengendalikannya. Kau masih bisa melakukannya bung, terus menarilah dengan kakimu itu. Jangan pedulikan orang lain yang mengolok-olokmu, setidaknya kau masih punya matahari, bulan, dan bintang yang selalu menemani kehidupanmu. Menarilah dibawah sinar matahari dan kau akan bersinar.. menarilah dibawah cahaya rembulan dan kau akan menjadi bintang diantara bintang indah lainnya.. menarilah bung! Jangan menyerah”. Kelinci sudah terlalu lama, ia merasa harus bergegas untuk melanjutkan perjalanannya. Kelinci pun meninggalkan sheeper.

Setelah kelinci pergi, sheeper menggumamkan kembali perkataan kelinci “Menarilah dibawah sinar matahari dan aku akan bersinar.. menarilah dibawah cahaya rembulan dan aku akan menjadi bintang diantara bintang indah lainnya. Apakah itu benar? Dia benar! Aku memang tak memiliki bulu, tapi aku masih memiliki kakiku yang lincah”. Siang hari akan segera berakhir, namun Sheeper tak mau menyia-nyiakan semangatnya yang baru saja membara ini. Ia mencoba menari, menghentakan kakinya ke tanah dan sesekali meloncat. Matahari terbenam, namun itu tak masalah baginya karena bulan dan bintang akan segera datang. Langit senja yang begitu indah menjadi latar tarianya dan suara kicauan burung bagaikan musik pengiring tarianya. Akhirnya Sheeper mendapatkan kebahagiaannya kembali. Ia tidak mempedulikan hewan-hewan yang memandanginya, ia hanya menikmati irama ketukan kakinya. Malam pun tiba dan Sheeper masih  tetap menari dengan riang. Kini ia menari dibawah cahaya rembulan, ia menari sembari mendongak ke langit yang luas. Ada banyak sekali bintang yang berkerlap-kerlip diatasnya, memandangnya seakan membuatnya ikut berada disana. Menari diantara bintang-bintang di langit. Malam ini aku adalah bintang.. pikir Sheep dalam hati.


Ia benar-benar percaya diri, terus menghentakan kakinya setiap saat. Memiliki bulu ataupun tidak bukan masalah lagi baginya, selagi ia masih memiliki kakinya yang lincah. 

No comments:


\