March 11, 2013

CI+BI (Cerdas Istimewa+Bakat Istimewa) SMPN 1 Baleendah


Mungkin kita sudah tidak asing lagi mendengar kata akselarasi. Ya, kata itu erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah. Akselarasi merupakan bagian program sekolah yang biasanya dikhususkan untuk anak yang memiliki kelebihan tinggi sehingga dapat menyelesaikan pendidikan hanya dengan 3 atau 4 semester dibanding dengan yang lain. Kelebihan itu adalah cerdas dan bakat yang istimewa atau orang sering bilang CIBI. Karena siswa memiliki IQ yang tinggi serta bakat yang tak dimiliki oleh yang lain. Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian, Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
          Pengembangan bakat istimewa inilah yang dibutuhkan oleh siswa. Siswa akan lebih serius belajar karena penyelenggaraan program CIBI ini hanya memungkinkan 2 tahun saja bersekolah di tingkat SMP. Penyelenggaraan program ini hanya dilakukan oleh sekolah yang sudah mampu. SMPN 1 Baleendah yang bertempat di Jalan Adipati Agung ini menyelenggarakan program akselarasi bagi anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Latar belakang diselenggarakannya program akselarasi ini karena adanya perbedaan kemampuan siswa di sekolah. Pada dasarnya setiap murid di kelas memiliki kecerdasan yang beragam. Karena keberagaman inilah dibuat program akselarasi yang hanya menampung siswa untuk kategori Cerdas instimewa. Selain itu, adanya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 (Sisdiknas) merekomendasikan warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa untuk mendapatkan pendidikan khusus.
          Karena hal itulah, SMPN 1 Baleendah memberikan fasilitas terbaiknya untuk siswa Cerdas Istimewa. Seperti ruangan ber-AC, disediakan Televisi Khusus,pelajaran yang mudah diserap dan dicerna, dan yang tak kalah penting adalah staf pengajar khusus bagi anak akselarasi. Staf pengajar inilah nantinya yang akan mendidik bagaimana seorang siswa mengembangkan bakat dan potensinya sesuai minat masing-masing. Oleh sebab itu, dibutuhkan staf pengejar yang berpengalaman serta memiliki kedisiplinan tinggi dalam mendidik. SMPN 1 Baleendah dalam merintis program akselarasi, telah menyiapkan staf pengajar yang sesuai dengan siswa Cerdas Istimewa. Seperti Titin Kurniatin,S.Pd , Rohaeni, S.Pd , Endang Setia Permana , S.Pd, Wawan Gunawan, S.Pd dan masih banyak lain. Program ini dirintis oleh Drs. E. Suhendra, M.M.Pd.
          Siswa akan diseleksi saat mendaftar kelas akselarasi ini. Seperti tes psikotes, tes akademik, tes bakat, dll yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Oleh sebab itulah, tidak sembarang siswa yang dapat memasuki kelas akselarasi ini. Hanya siswa yang berkebutuhan khusus baik dan tinggi yang mendapat pendidikan khusus ini. Maka dengan niat untuk menghasilkan generasi penerus yang terbaik, SMPN 1 Baleendah sampai saat ini masih menjalankan program akselarasi yang masih dikelola oleh PKS Kurikulum.
Akselerasi adalah program percepatan belajar yang merupakan salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh pengajar telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan, dan oleh psikolog telah diidentifikasi memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka.
SMPN 1 Baleendah juga menyelenggarakan program akselerasi. Program ini diprakarsai oleh kepala sekolah yang menjabat saat ini, H. Udjat, M.M.Pd. Latar belakang diselenggarakannya program akselerasi ini adalah : Pertama, latar belakang psikologis, yakni adanya perbedaan kemampuan murid secara individual. Demikian halnya di SMPN 1 Baleendah, murid yang terjaring memiliki perbedaan kemampuan intelektual, bakat dan minat. Di antaranya ada beberapa murid yang memiliki potensi bakat dan minat yang lebih tinggi di atas yang lainnya secara rata-rata. Kedua, latar belakang filosofis, yakni bahwa setiap manusia memiliki hak untuk mengembangkan diri. Dan ketiga, latar belakang secara yuridis, yakni adanya Undang-Undang dalam Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur agar latar belakang secara psikologis dan filosofis itu dapat diakomodir dalam pelayanan yang berbeda berdasarkan kebutuhan.
akselerasi itu belajarnya hanya 2 tahun jadi, setiap semesternya hanya 4 bulan jadi bahasanya bukan semester lagi melainkan trimester.
sebenarnya di kelas akselerasi BE gak seperti yang kalian bayangkan, mungkin kalian berfikir bahwa kelas akselerasi padat banget jadwanya, tapi sebenarnya tidak.
sesungguhnya kelas akselerasi itu lebih enak sekolah hanya 2 tahun, banyak observasi lingkungan (belajar sambil jalan-jalan) dan do lelasnya juga di istimewakan seperti ada computer, tv, dvd, dan bagi yang di kelas akselerasi mereka punya lemari kecil masing-masing, punya lab cibi(Cerdas Istimewa Bakat Istimewa), juga perpustakaan sendiri yang bukunya lebih lengkap dengan reguler ( 3 ttahun belajar).
SMPN 1 Baleendah terkenal dengan sekolah nya yang favorite dan juga siswa nya yang berprestasi. Jika kita masuk ke sekolah ini, kita akan melihat di depan sekolah, piala-piala yang terpangpang. Dan tata tertib nya juga sangat ketat. Selain berprestasi dalam bidang pelajaran, ternyata berprestasi juga dalam ekstrakulikulernya. SMPN 1 Baleendah juga merenggut piala pramuka, basket, volly, futsal, PMR, UKS dan masih banyak lagi.
   Dari kelebihan tersebut, ternyata SMPN 1 Baleendah masih banyak kekurangan dalam bidang fasilitas. Fasilitas SMPN 1 Baleendah belum memadai. Contohnya saja LAB CIBI, LAB IPA, LAB KOMPUTER, dan LAB BAHASA. Lab ini jarang sekali digunakam karena banyak alat-alat yang rusak dan tak terawat. Apalagi Lab Bahasa lab ini sudah tidak berfungsi selama beberapa tahun. Perpustakaan yang kurang lengkap pun menjadi permasalahan siswa dalam mencari wawasan yang lebih banyak, sehingga siswa pun jadi malas untuk belajar di perpustakaan karena buku-bukunya yang kurang lengkap.
  Oleh sebab itu, fasilitas yang kurang memadai ini yang menghambat program belajar mengajar. Dan hasil belajar pun jadi tidak optimal. Fasilitas yang memadai akan mendukung siswa dengan guru untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan secara baik dan optimal. Dengan adanya perbaikan untuk melengkapi fasilitas sekolah dapat membagkitkan semangat siswa dalam belajar dan akan memotivasi siswa agar dapat memanfaatkan fasilitas yang ada yangb sudah disediakan sekolah.
   Dalam menyikapi permasalahan seperti ini sebaiknya pihak sekolah bisa memperbaiki fasilitas sekolah agar lebih lengkap dan bisa di manfaatkan oleh siswanya. Dan sebaiknya pihak sekolah menghimbau kepada warga sekolah agar ikut serta dalam memelihara fasilitas sekolah agar tejaga degan baik dan bisa dipakai sebagaimana fungsinya.

March 10, 2013

Drama Sosial 'Kemerdekaan Beralas Nyeri'


Kenangan 14 Januari
Kemerdekaan Beralas Nyeri

By: Shofa Fikriyah N


            Namaku Laila, aku tinggal di Desa Haruwangsi yang memiliki berjuta macam rempah-rempah didalamnya. Karena itu desaku ini pernah mengalami betapa pahitnya dijajah oleh bangsa Belanda dan kehilangan seluruh hak kami sebagai manusia. Namun kami dapat mencapai kemerdekaan desa kami, yaitu pada tanggal 14 Januari 1914. Tentunya semua orang bahagia karena dapat hidup bebas layaknya manusia yang seharusnya, begitu pula aku, tapi bintang yang selalu menerangi kegelapan malam kini sudah lenyap, dan hal inilah yang selalu mengganjalku untuk tersenyum. Biarkanlah aku ceritakan kembali bagaimana menusuknya rasa sakit yang mengganjal senyumku ini.
            Ini semua berawal dari kedatangan para pedagang Eropa yang tergiur akan kekayaan desa kami. Awalnya mereka sangat ramah terhadap kami, dan kami pun membalasnya dengan hal yang sama karena permintaan mereka masih dapat diterima. Keluargaku memiliki kebun rempah-rempah yang terbilang sangat luas dan karena itulah beberapa pedagang Belanda ingin bekerja sama dengan keluargaku.
Bapak                          : “Ada yang bisa saya bantu tuan?”
Orang Belanda            : “Ahh.. ini, saya lihat rempah-rempah yang anda jual berkualitas baik”
Bapak                          : “Ohh terimakasih”
Orang Belanda            : “Saya akan membeli banyak untuk dibawa dan dijual kembali di
                                        Belanda, kira-kira berapa harganya?”
Bapak                          : “Jika memang tuan akan membeli banyak, harga bisa
                                        dipertimbangkan kembali”
Orang Belanda            : “Baiklah, berjanjilah rempah-rempah yang terlihat segar ini tidak
                                        akan membohongi saya”
Bapak                          : “Tentu saja tuan, ini benar-benar berkualitas baik, tuan tidak akan
                                        kecewa”
Orang Belanda            : “Kalau begitu, setiap bulannya saya akan mengirim orang kesini
                                        untuk membawa rempah-rempah dari ada dan uangnya akan saya
                                        kirim beserta mereka”
Bapak                          : “Baiklah tuan, saya akan mempersiapkan rempah-rempah yang
                                        terbaik untuk anda”
Orang Belanda            : “Ngomong-ngomong putri anda cantik juga, siapa namanya?”
Bapak                          : “Ohh.. terimakasih, namanya Laila. Ada yang bisa saya bantu lagi
                                        tuan?”
Orang Belanda            : “Tidak, saya tunggu rempah-rempah anda yang terbaik. Sampai
                                        jumpa”
Bapak                          : “Baiklah”

Namun dengan berlalunya waktu, keramahan mereka pun berlalu dan kini mereka selalu membeli rempah-rempah dengan jumlah yang tak wajar dan dengan harga yang tak pantas. Tentu itu membuat kami tersinggung, dan memutuskan kerjasama dengan mereka.
Bapak                          : “Semuanya telah diangkut kedalam kapal tuan”
Orang Belanda            : “Ahh ya, ini uangnya”
Bapak                          : “Maaf, tapi ini kurang dari harga yang dijanjikan sebelumnya”
Orang Belanda            : “Hanya itu yang diberikan atasanku, jadi terimalah”
Bapak                          : “Mohon maaf sebelumnya, tapi ini sudah melanggar janji”
Orang Belanda            : “Sudahlah ambil saja, itu lebih baik daripada kami tidak membayar
                                        sama sekali”
Bapak                          : “Ya sudah. Tapi tuan tolong sampaikan kepada atasan anda bahwa
                                        saya ingin menghentikan pengiriman rempah-rempah ini, saya ingin
                                        memutuskan hubungan kerjasama”
Orang Belanda            : “Hanya karena uang pembayarannya kurung? Itu saja? Sudahlah, itu
                                        bukan urusanku”

Namun sepertinya mereka tak terima, beberapa minggu seteleah kejadian itu mereka kembali dengan menggunakan lebih dari 10 kapal dan beratus pasukan untuk menyerbu desa kami. Mereka mengambil semua berkas-berkas kepemilikan tanah dan harta warga, dan jika ada yang menolak, mereka tidak segan-segan untuk menghabisi nyawa orang kecil seperti kami.
Kolonel Belanda         : “Sekarang cepat paksa para pemilik tanah perkebunan untuk
                                        menyerahkan tanah mereka, jika ada yang menolak habisi saja!”
Tentara Belanda          : “Baik!”
Kolonel Belanda         : “Mungkin aku bisa saja kehilanga hubungan kerjasama tapi aku tidak
                                        akan tanah yang kaya dengan rempah-rempah ini. Semuanya akan
                                        menjadi milikku”
Orang tua dan beberapa anggota keluargaku tewas akibat kejadian itu, untungnya aku masih memiliki seorang pelindung, yaitu pria bernama Herman yang menyelamatkanku saat itu. Dimataku ia adalah pria yang gagah, pemberani, cerdik, pekerja keras, dan tentunya ia sangat tampan karena itulah salah satu alasan aku menjadi kekasihnya.
Herman                       : “Hey! Kau mau kemana? Jangan kesitu! Jangan masuk ke rumah
                                        itu!”
Laila                            : “Kenapa? Tapi itu adalah rumahku”
Herman                       : “Aku bilang jangan, kemarilah! Kemari!”
Laila                            : “Memangnya kenapa sih?”
Herman                       : “Rumahmu sedang didatangi tamu”
Laila                            : “Tamu? Siapa?”
Herman                       : “Kau ini, lihat saja! Sekarang rumahmu sedang dipenuhi oleh tentara
                                        Belanda. Jika kau masuk ke dalam sana kau akan mati!”
Laila                            : “Apa?! Orang tuaku! Orang tuaku ada di dalam sana, aku harus
                                        menyelamatkan mereka”
Herman                       : “Jangan sok jadi pahlawan! Yang ada kau juga akan ikut mati”
Laila                            : “Mati? Jadi orang tuaku akan mati? Ahh! Bagaimana ini?”
Herman                       : “Diam! Bisakah kau diam!”
Laila                            : “Tapi orang tuaku akan mati”
Herman                       : “Kau pikir orang tuamu saja? Banyak juga warga lain mati
                                        karena memperahankan tanah mereka! Termasuk orang tuaku..”
Laila                            : “Ahh.. maaf”
Herman                       : “Ini bukan waktunya untuk meminta maaf, kita harus bertahan hidup
                                        untuk mempertahankan desa kita ini”
Laila                            : “Ya”
Semenjak semua harta kekayaan kami dirampas oleh Belanda, kami semua hidup sebagai budak yang harus mengolah kebun kami sendiri tanpa pernah merasakan hasilnya sedikitpun. Dan aku juga telah kehilangan hampir seluruh anggota keluargaku, bohong jika aku tidak sedih saat ini, tapi Herman selalu membuatku larut dalam tawanya dan melemparkan jauh-jauh kesedihanku.
Laila                            : “Aku prihatin melihat desa kita yang sekarang ini”
Herman                       : “Sudahlah jangan pikirkan itu, kau sudah menyelesaikan tugasmu?”
Laila                            : “Sudah, hhh.. aku rindu orang tuaku”
Herman                       : “Lupakanlah kesedihan itu, lagipula ada yang lebih pantas untuk
                                        kamu rindukan?”
Laila                            : “Memangnya ada? Apa?”
Herman                       : “Ahh pura-pura gak tau.. ini, pahlawan kamu yang gantengnya ga
                                        ketulungan hehhehe”
Laila                            : “Pahlawan? Ganteng?”
Herman                       : “Yup!”
Laila                            : “Iya.. pahlawan kesiangan yang gr nya gaketulungan”
Herman                       : “Bukanya kesiangan, cuman mataharinya aja ada janji sama ikan-ikan
                                        dilaut, jadi cepet-cepet tenggelam”
Laila                            : “Terus ngapain pas lagi nolongin aku kamu malah diam dipohon
                                        terus, bukannya ngelawan tentara Belanda itu?”
Herman                       : “Lagi ada rapat sama semut-semut dipohon aja hehhehe”
Banyak warga yang mencoba untuk melawan kepada Belanda, tapi mautlah yang mereka terima. Herman adalah salah seorang yang ingin memberontak dan mencapai cita-citanya untuk mengambil kembali kejayaan Desa Haruwangsi, tapi aku selalu melarangnya karena aku takut kehilangan satu-satunya orang yang aku miliki sekararang. Bodohnya ia selalu menuruti perkataanku dan menunda cita-citanya itu, tapi aku tahu bahwa ia sedang merencanakan 1001 strategi dibalik tawa leganya itu. Suatu saat, saat kami telah menyelesaikan semua tugas, kami beristirahat dibawah gemerlapnya bintang, seakan-akan bitang-bintang itu sedang membuat pertunjukan untuk menghibur kami dari perasaan yang menyiksa fisik dan batin ini. Melihat bintang-bintang berkelap-kelip menghiasi hitamnya langit malam merupakan rutinitas kami yang tak pernah terlewatkan.
Laila                            : “Man, aku denger hari ini ada tiga orang yang dibunuh hanya
                                        gara-gara minta jatah makanan yang kurang”
Herman                       : “Ya, aku lihat kejadian itu dengan mata kepala aku sendiri”
Laila                            : “Belada itu kejam sekali ya, kapan kita akan bebas dari penjajahan
                                        ini”
Herman                       : “Ahh kamu ini ngeluh terus, tapi kalau aku bilang mau ngerebut
                                        kemerdekaan dan mengusir penjajah kamu malah ngelarang”
Laila                            : “Yaialah aku ngelarang, emangnya kamu bisa ngalahin
                                        tentara-tentara yang jumlahnya ratusan itu? Yang ada kamu mati”
Herman                       : “La kamu belum tau ya seberapa cerdiknya pacarmu yang ganteng
                                        ini”
Laila                            : “Emangnya secerdik apa sihh?”
Herman                       : “Otak aku ini 74 karat tau”
Laila                            : “Hhhh.. emangnya emas, eh aku rasa bintangnya kurang dari biasanya
                                        deh”
Herman                       : “Yailah kurang”
Laila                            : “Kamu tau kenapa? Apa karena cuaca?”
Herman                       : “Orang bintangnya ada disini.. aku adalah bintangmu Laila hahhaha”
Laila                            : “Bener sih. Ngomong-ngomong, bintang itu kayak kemerdekaan yah,
                                        sangat susah untuk kita raih”
Herman                       : “Kalau untuk kamu apa yang enggak sihh La.. aku akan meraih
                                        bintang itu untuk kamu. Aku janji”
Laila                            : “Aku pegang janji kamu, tapi kalau enggak bisa juga gapapa kok,
                                        asalkan kamu ada disisi aku dan terus menjagaku”
Herman                       : “Emangnya aku satpam apa”
Laila                            : “Iya.. kamu kan suka diem di poskamling deket rumah aku, jadi kamu
                                        satpamnya aku”
Herman                       : “Okey deh, aku pasrah. Tapi kamu juga harus bisa jaga diri kamu
                                        sendiri ya La, jangan tergantung sama aku terus”
Laila                            : “Ngapain gantung-gantung, kayak monyet aja”
Herman                       : “Aku serius La”
Laila                            : “Iya”
Akhir-akhir ini pihak Belanda jarang sekali memeriksa kami saat bekerja, dan kesempatan ini dipergunakan Herman untuk menerapkan strateginya, salah satunya adalah membentuk suatu pasukan untuk sewaktu-waktu menyerang Belanda.
Herman                       : “Hey kawan-kawan, saya rasa tentara Belanda tidak akan datang hari
                                        ini. Ini kesempatan kita untuk melawan, ayo ikut aku untuk
                                        membuat strategi”
Warga                          : “Kau yakin dengan tindakanmu ini? Kau tidak takut mati?”
Herman                       : “Tentu saja aku yakin, untuk apa aku takut mati? Lagipula semua
                                        orang juga akan mati”
Warga                          : “Memangnya kau punya strategi apa Man?”
Herman                       : “Aku akan menerapkan strategi grilya”
Warga                          : “Grilya?”
Herman                       : “Iya, strategi menyerang dengan sembunyi-sembunyi”
Warga                          : “Oh begitu, tolong jelaskan kepada kami secara lebih rinci”
Herman                       : “Baiklah. Begini.. pertama-tama kita bentuk dulu suatu pasukan
                                        untuk menyerang tentara Belanda, kita jadikan saja gubuk ini
                                        sebagai markas tetap untuk membicarakan strategi penyerangan.
                                        Dan mengenai strategi, kita menyerang dengan sembunyi-sembunyi
                                        jika pihak lawan sedang lemah kita segera menyerbu dan
                                        menyerangnya dan jika mereka sudah melawan kita melarikan diri
                                        dan bersembunyi. Bagaimana?”
Warga                          : “Itu strategi yang sangat hebat, tapi siapa saja yang akan ikut dalam
                                        pasukan penyeragan ini?”
Herman                       : “Tentunya semua pria yang masih dapat melakukan penyerangan”
Warga                          : “Baiklah, kami akan segera mengumpulkan semua pria yang dapat
                                        membantu”
Herman                       : “Terimakasih atas partisipasi kalian semua”
Warga                          : “Sama-sama, ini juga untuk kejayaan desa kita semua, Desa
                                        Haruwangsi! Tapi kapan kita akan mulai aksi penyerangan ini?”
Herman                       : “Tentunya kita harus menyerang disaat mereka lengah, tapi kapan ya?
                                        Ahh sebentar lagi kan tahun baru, bukannya Belanda termasuk
                                        negara yang menganut tradisi merayakan tahun baru? Jadi mereka
                                        akan pulang ke negara mereka bukan?”
Warga                          : “Iya kau benar Man, tapi pasti pertahanan mereka tetap ketat. Mereka
                                        kan benar-benar kuat”
Herman                       : “Itu bukan masalah, yang pasti jumlah tentara mereka akan
                                        berkurang”
Warga                          : “Baiklah jadi kita menyerang mereka saat tahun baru?”
Herman                       : “Ya, pada malam tahun baru kita berkumpul dimarkas ini dengan
                                        membawa senjata apapun yang kita miliki”
Warga                          : “Baiklah”
Pada malam tahun baru, pasukannya pun siap untuk menyerang dan berusaha mengambil alih beberapa markas rampasan Belanda.
Herman                       : “Semuanya sudah siap kan? Lihatlah! Markas Belanda terlihat sepi
                                        sekarang, ayo kita gunakan kesempatan ini. Kalian menyerang dari
                                        arah timur, jika kalian menyerang dari arah barat, sedangkan kalian
                                        menyerang dari arah selatan, dan sisanya menyerang dari arah utara
                                        bersamaku”
Warga                          : “Baik”
Dan dengan menggunakan strategi griliya yang telah ia rencanakan, ia pun berhasil mengambil 4 dari 10 daerah yang diduduki Belanda dan mengambil harta warga serta persenjataan Belanda yang kemudian harta itu dibagikan kepada warga secara diam-diam.
            Beberapa tentara Belanda yang selamat mencoba memberitahu daerah pusat agar bersiaga, tapi pesan itu tidak pernah sampai karena ada pasukan Herman yang membunuh tentara tersebut.
Warga                          : “Berhenti! Jangan harap kau bisa lari”
Tentara Belanda          : “Siapa kalian? Apa yang kalian inginkan”
Warga                          : “Siapa kami? Saya rasa anda sudah tau siapa kami, kami adalah
                                        orang-orang yang kalia jajah selama ini. Dan yang kami inginkan
                                        adalah kemerdekaan, tapi kau tidak bisa memberikannya bukan?
                                        Oleh karena itu biarkan kami meraihnya dengan usaha kami sendiri”
Tentara Belada            : “Jadi kalian adalah warga Desa Haruwangsi? Aku akan melaporkan
                                        kalian pada atasanku agar segera menghabisi nyawa kalian”
Warga                          : “Itu takkan terjadi karena kami yang akan menghabisi kamu duluan”
            Berhari-hari pasukan yang dipimpin Herman terus melakukan strategi tersebut dan lagi-lagi berhasil merebut beberapa markas Belanda.
            Suatu hari tiba-tiba hatiku terasa begitu gelisah, aku benar-benar tidak tenang, padahal hanya beberapa langkah lagi desaku akan ku dapatkan kembali. Ini benar-benar menggangguku, dan aku putuskan untuk berbicara kepada Herman agar berhati-hati.
Laila                            : “Man, kenapa hati aku ga enak ya?”
Herman                       : “Hati kamu masuk angin kali La”
Laila                            : “Aduh Man.. sekarang ini bukan waktunya untuk bercanda.
                                        Aku takut akan terjadi apa-apa, kamu hati-hati ya”
Herman                       : “Iya-iya aku akan berhati-hati”
Laila                            : “Herman.. haruskah kau lakukan penyerangan lagi malam ini? Tidak
                                        bisakah beristirahat dulu?”
Herman                       : “Ada apa denganmu? Hanya dengan sedikit langkah lagi kita akan
                                        mencapai tujuan kita, kita akan meraih kemerdekaan kita La”
Laila                            : “Jujur saja.. aku rindu saat kau selalu disisiku, aku rindu kau yang
                                        selalu meluangkan waktumu untukku”
Herman                       : “Ayolah La jangan bersikap egois, aku masih tetap aku yang dulu”
Laila                            : “Kau berbeda, kau selalu sibuk dengan pasukanmu dan kau selalu
                                        menghabiskan waktumu di markasmu itu. Apa kamu tak
                                        menganggapku lagi Man? Apa kamu tidak sayang lagi padaku?”
Herman                       : “Aku sayang kamu La. Ini untuk kita semua La, untuk kemerdekaan
                                        Desa Haruwangsi”
Laila                            : “Aku tahu Man, aku tau! Aku hanya takut kehilanganmu, kamu tak
                                        pernah mengerti rasa takutku itu, aku takut Man.. aku takut..”
Herman                       : “Aku tahu.. aku mengerti kamu La, percayalah La aku akan baik-baik
                                        saja.. percayalah..”
Laila                            : “Kau harus pergi bukan? Pergilah.. dan raih cita-citamu”
Herman                       : “Percayalah bahwa aku akan selalu ada disisimu.. hatiku selalu
                                        milikmu La, aku sayang kamu La”
Laila                            : “Aku juga Man, hati-hati ya.. jagi dirimu baik-baik”
Herman                       : “Ya”
            Herman dan pasukannya pun bergegas untuk mengambil alih markas-markas jajahan Belanda yang tersisa, tapi kecuali markas pusat, Herman merasa sekarang bukan saat yang tepat dan strateginya belum matang.
Herman                       : “Sekarang target kita adalah semua markas yang tersisa, tapi kecuali
                                        markas pusat”
Warga                          : “Meangnya kenapa Man?”
Herman                       : “Aku rasa sekarang bukan waktu yang tepat, jangan gegabah,
                                        tunggulah waktu yang tepat. Dan aku rasa markas pusat jauh lebih
                                        kuta daripada markas lainnya, jadi banyak persiapan yang perlu kita
                                        persiapkan kembali”
Warga                          : “Ya, kau benar Herman”
Herman                       : “Sekarang saatnya, ayo kita serbu markas-markas itu”
Warga                          : “Ayo!”
Dan ternyata dugaaku salah, Herman dan pasukannya pulang dengan selamat dan berhasil menguasai markas Belanda lainnya. Dan begitupula dengan Herman, dugaannya untuk tidak menyerbu markas pusat Belanda juga salah. Malam itu juga pimpinan Belanda mendengar kabar mencengangkan bahwa ada pemberontakan dari rakyat dan itu telah berlangsung lama. Mengetahui hal itu Belanda geram dan segera membuat rencana.
Tentara Belanda          : “Kolonel, saya kemari membawa kabar buruk”
Kolonel Belanda         : “Kabar buruk? Kabar buruk apa yang membuat kau tergesa-gesa
                                        seperti ini?”
Tentara Belanda          : “Warga Desa memberontak melawan kita”
Kolonel Belanda         : “Memangnya sebanyak apa jumlah mereka? Bunuh saja mereka, utus
                                        tentara dari markas terdekat”
Tentara Belanda          : “Tapi, semua markas kita telah ditaklukkan oleh mereka”
Kolonel Belanda         : “Apa?! Bagaimana bisa? Mereka hanya rakyat kecil, bagaimana bisa
                                        mereka melumpuhkan 10 markas kita dalam waktu semalam?”
Tentara Belanda          : “Bukan dalam waktu semalam Pak, mereka sudah memberontak sejak
                                        beberapa hari lalu”
Kolonel Belanda         : “Jadi pemberontaka itu sudah berlangsung lama?! Bagaimana bisa?
                                        Kenapa kalian semua tak memberitahuku?”
Tentara Belanda          : “Kami sudah berusaha Pak, tapi itu tidak berhasil karena selalu
                                        dihalangi oleh mereka, dan akhirnya kami dapat memberitahu Bapak
                                        sekarang”
Kolonel Belanda         : “Kalian dikalahkan oleh rakyat kecil seperti mereka? Kalian benar
                                        benar payah!”
Tentara Belanda          : “Maafkan kami Pak, kami berjanji tidak akan mengulangi kesalahan
                                        ini lagi”
Kolonel Belanda         : “Sudahlah, sekarang utus semua tentara yang tersisa untuk
                                        menghabisi warga-warga sialan itu!”
Tentara Belanda          : “Baiklah Pak”
Kolonel Belanda         : “Cepat pergi!”
Herman dan pasukannya memutuskan untuk membuat strategi baru di markas rahasia mereka malam itu.
Herman                       : “Baiklah, agar kemenangan segera kita raih, kita juga harus segera
                                        membuat strategi baru yang lebih kuat untuk melawan markas
                                        pusat”
Warga                          : “Ya. Jika boleh aku memberi usul, menurutku strategi yang
                                        sebelumnya benar-benar sangat efektif jadi sebaiknya kita hanya
                                        tinggal menambahkan beberapa strategi lagi untuk memperkuat
                                        strategi ini”
Herman                       : “Ya, kau benar. Kita hanya butuh menambahkannya. Ahh aku
                                        menemukannya, agar lebih mudah lebih baik kita menyerang
                                        Belanda dengan diam-diam tidak langsung menyerbu seperti waktu
                                        itu, jadi mereka tidak sempat untuk melawan serangan kita”
Warga                          : “Ya, kau hebat sekali Herman”
Herman                       : “Terimakasih. Sepertinya malam sudah semakin larut, lebih baik kita
                                        semua kembali ke kediaman masing-masing untuk beristirahat dan
                                        mengumpulkan energi untuk penyerangan puncak besok”
Warga                          : “Ya, ayo kita kembali”
Herman                       : “Ayo semuanya bergegas”
Dan malam itu juga Belanda bertindak, yaitu dengan membantai warga-warga Desa Haruwangsi. Mereka tidak segan-segan untuk membunuh orang-orang yang dianggap berkhianat. Kecuali para wanita yang menarik perhatian mereka, mereka akan membawanya ke markas mereka untuk dijadikan pelayan. Termasuk aku.
Kolonel Belanda         : “Cepat bunuh semua warga yang mencurigakan, dan bawa warga
                                        lainnya ke penjara bawah tanah! Eh kecuali gadis-gadis cantik, bawa
                                        mereka ke markas”
Tentara Belanda          : “Baik Pak”
Saat Herman dan pasukannya kembali ke desa untuk beristirahat, betapa tercenganya mereka melihat kondisi desa yang kacau balau dengan mayat-mayat warga yang memenuhi setiap sudut desa. Tanpa berpikir panjang Herman segera berlari menuju kediaman Laila, berharap orang yang ia cintai masih menunggunya di kediaman yang kumuh itu. Namun apadaya, semua harapannya sirna saat melihat barang-barang yang berserakan dimana-mana. Ia yakin ada hal buruk yang telah terjadi, dan hal itu telah menimpa orang yang sangat dikasihinya itu.
Dengan kemarahan yang menguasai tubuhnya saat ini, Herman segera mengumpulkan pasukannya, berharap ia masih memiliki waktu untuk merebut kembali kebahagiaannya. Tanpa membuang waktu mereka pun bergegas menuju markas pusat Belanda, dengan gagah berani dan dengan disertai semangat yang membara mereka menerobos pertahanan pihak Belanda.
Herman                       : “Kita sudah cukup menderita selama ini, ini tidak boleh berlanjut dan
                                        menjadi lebih parah. Oleh karena itu kita harus menegakan
                                        kebenaran dan meruntuhkan ketidak adilan. Jangan membuang
                                        buang waktu lagi, ayo kita meraih kejayaan kita! Maju! Serang!!”
Setelah mengalahkan para tentara Belanda, mereka pun bergegas mencari anggota keluarga mereka dan warga-warga lainnya untuk diselamatkan. Hampir seluruh warga berhasil diselamatkan, dan semua berkas berhasil mereka rebut kembali.
Herman                       : “Semuanya sudah diselamatkan? Dimana Laila?”
Warga                          : “Saya rasa semuanya sudah berkumpul, kecuali Laila, kami belum
                                        melihatnya”
Herman                       : “Kalau begitu saya akan terus mencari Laila, sementara kalian
                                        kembalilah ke desa. Pertahankanlah desa kita”
Berpuluh-puluh ruangan telah Herman lewati, beribu-ribu anak tangga telah ia pijaki, lorong yang berkelok-kelok pun telah ia susuri, banyak wanita yang telah ia temui, tapi sang pujaan hati tak kunjung menampakan batang hidungnya. Kegelisahan mulai menusuk jantungnya, prasangka buruk mulai mengitari kepalanya, rasanya sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa, tak ada lagi semangat yang membara, yang ada hanyalah hati yang merana.
Tiba-tiba ia mendengar suara jeritan, suara anggun yang sudah tak asing lagi ditelinganya. Laila, jeritan itu milik Laila, tunggu aku La, sebentar lagi, hanya sebentar, tunggu aku La dalam hati ia terus berkata seperti itu. Jeritan itulah yang membuat Herman bangkit kembali, walaupun hanya ada setitik harapan, tak sedetik pun ia lewatkan. Ia segera berlari tergopoh-gopoh menuju sumber suara, hingga ia menemukan suatu ruangan yang sangat tak terawat, namun ia temukan permata di dalamnya, permata jiwanya, yang selalu ada dalam hati dan pikirannya, permata yang sedaritadi ia cari, kini permata itu sedang terduduk tak berdaya. Hatinya seakan berteriak menyebut nama orang yang ia sayangi itu.
Herman                       : “Laila!”
Laila                            : “Herman.. akhirnya kau datang juga”
Herman                       : “Aku pasti datang untuk mu La, kau baik-baik saja kan?”
Laila                            : “Iya aku baik-baik saja karena kau disini”
Herman  segera menghampiriku dan melepaskan semua ikatan yang menjerat tubuhku, namun tiba-tiba aku melihat sesosok pria jangkung menerkam Herman dari belakang. Tentu saja hal itu membuatku berteriak histeris tanpa henti, bagaimana tidak kini belati yang teramat tajam itu telah menembus punggung kekasih yang aku cintai. Sembari menahan tubuh orang Belanda yang tak kukenal itu, dan dengan suara menahan rasa sakit Herman menyuruhku meninggalkannya dan meneruskan tujuannya, bagaimana bisa aku meninggalkannya hanya untuk suatu tujuan, sementara tujuan hidupku hanya untuk kebahagiannmu Herman.
Laila                            : “Aaaaaaaaa!!!! Herman!!”
Herman                       : “Pergi La.. Pergilah..”
Laila                            : “Herman..”
Herman                       : “Pergilah.. selamatkan dirimu.. selamatkan desa kita..”
Laila                            : “Herman.. bagaimana bisa aku pergi meninggalkanmu?”
Herman                       : “Pergilah.. aku baik-baik saja”
Laila                            : “Herman..”
Herman                       : “Aku bilang pergi! Jika tidak aku akan membenci diriku sendiri
                                        seamanya karena tidak bisa melindungimu.. Cepat pergi! Pergilah
                                        dan bangkitkan kejayaan desa kita, lanjutkan tujuanku La”
Laila                            : “Tidak akan, aku tidak akan meninggalkanmu Man”
Herman                       : “Ini permintaanku yang terakhir La, selamatkan dirimu dan desa kita
                                        La”
Laila                            : “Jangan bicara begitu Man! Keinginan ku hanya bersamamu, tidak
                                        yang lain.. aku mencintaimu Man”
Herman                       : “Aku mohon, ini permintaanku La karena aku sangat mencintaimu.
                                        Jika kau ingin aku bahagia, pergilah.. pergilah..”
Laila                            : “Baiklah jika itu yang kau inginkan, aku akan pergi. Bukan untuk
                                        meninggalkanmu, tapi untuk mencari pertolongan. Tunggu aku.. aku
                                        menyayangimu Herman”
Laila pun bergegas pergi.
Herman                       : “Aku juga menyayangimu.. semoga aku masih bisa bertahan untuk
                                        menantimu La”
Dengan kekuatan yang tersisa Herman mencoba mencabut belati yang bersarang dipunggungnya, dan menghempaskannya ke tubuh orang Belanda itu. Kini darah mengalir dari tubuh keduanya, hanya mautlah yang ada dihadapan mereka saat ini. Disaat-saat terakhirnya, Herman hanya ditemani rasa sakit yang mahadahsyat yang sedaritadi menggerogoti tubuhnya. Kini dipikirannya hanya terlintas satu nama, Laila, memori indahnya bersama Laila kini memenuhi pikirannya, kini ia tak bisa melindungi wanita itu lagi.
Herman                       : “Laila.. saat aku bertemu denganmu hatiku membeku, aku
                                        mencintaimu, dan aku bahagia.. sepertinya aku terlahir sebagai
                                        priamu dan mencintaimu tanpa henti.. aku sudah mencoba menahan
                                        air mata ini tapi seakan hujan merasuki mataku air mataku mengalir
                                        begitu cepat.. aku mengingat semua kenangan kita.. kenangan yang
                                        kita lewati bersama.. kebahagiaan ini takkan pernah berakhir,
                                        bahkan rasa sakit ini terus menusuk.. kini kenangan itu berlalulalang
                                        dalam pikiranku seperti angin dan sepertinya ini akan menghilang
                                        seperti angin pula.. tapi La aku mohon jangan lupakan kenangan
                                        yang sudah kau buat denganku.. bagaimanapun aku bahagia, aku
                                        bahagia karena telah dipertemukan denganmu dan diizinkan untuk
                                        memilikimu.. aku sudah menjagamu semampuku, bahkan aku terlalu
                                        protektif terhadapmu.. tapi sekarang kau bebas, kau bebas mencari
                                        kebahagianmu.. tapi jangan lupa untuk menjaga dirimu baik-baik..
                                        jika diperbolehkan, aku ingin terus memperhatikanmu dari atas
                                        sana.. jangan menangis hanya karena aku La.. kau harus tetap hidup
                                        dan berbahagia.. dan bagaimanapun aku akan selalu mencintaimu
                                        La.. aku pergi bukan berarti cintaku juga pergi, cintaku akan selalu
                                        bersamamu La..”
Setelah meninggalkan ruangan itu aku pun segera bergegas menuju desa, tapi tak ada satupun yang dapat menolong sementara waktu terus berlalu. Pada akhirnya semuanya selamat kecuali Herman pahlawanku, desaku merdeka tak seperti hati kecilku yang merana ditinggalkan oleh satu-satunya pria yang menghuninya.
Laila                            : “Man.. maaf kan aku, aku yakin kau kecewa padaku.. maafkan aku
                                        karena tak bisa menolongmu.. tapi kau perlu tau bahwa aku
                                        mencintaimu..”
Esok harinya, beberapa warga kembali memasuki bangunan bekas pusat markas penjajah Belanda untuk menyelamatkan warga-warga yang gugur malam itu, termasuk Herman. Saat melihat tubuh Herman yang terbujur kaku, aku tak dapat menahan air mata ini lagi yang sedaritadi memaksa menerobos untuk keluar, bahkan aku tak kuasa untuk menahan tubuhku lagi, aku hanya bisa terkulai lemas disamping tempat peristirahatannya yang terakhir.
Laila                            : “Maafkan aku.. maaf kan aku karena tidak bisa menolongmu disaat
                                        saat terakhirmu.. aku memang tidak berguna untukmu, aku hanya
                                        mempersulitmu.. tapi meninggalkanku sendiri di dunia ini.. itu
                                        keterlaluan Man.. Kau jahat Man.. kau jahat! Kenapa kau
                                        meninggalkanku sendiri? Sementara kau tahu aku sangat
                                        membutuhkanmu Man.. sekarang aku tidak tahu bagaimana caranya
                                        hidup tapamu, ini sangat sulit kau tahu? Aku terbiasa akan kau yang
                                        selalu ada disisiku.. kau yang selalu melindungiku.. kau yang selalu
                                        menghiburku.. dan kau yang selalu memberikan seluruh kasih
                                        sayangmu untukku.. kau selalu bulang bahwa kau baik-baik saja..
                                        tapi aku bukan orang bodong yang tak tau tentang kehidupan, aku
                                        tahu itu sakit Man, jadi jangan berbohong bahwa kau baik-baik saja..
                                        kenapa kau pergi secepat ini? Begaimana dengan hatiku yang
                                        terluka ini, bagaimana ini akan sembuh tanpa kau disisiku? Aku
                                      sudah melewati banyak waktu denganmu.. aku sudah terbiasa
                                      denganmu.. dan sekarang kau telah pergi. Kau pergi setelah mencapai
                                      tujuanmu, bukankah tujuanmu adalah untuk meraih kemerdekaan dan
                                      demi kebahagianku Man, kamu memang telah meraih kemerdekaan,
                                      tapi apa kau pikir itu akan membuatku bahagia? Kebahagianku bukan
                                      untuk merdeka, tapi saat kau berada disisiku Man.. hanya itu
                                      kebahagianku..”
            Untuk pertama kalinya Laila berbaring dibawah langit malam bertabur bintang seorang diri, kini Herman tak ada untuk menemaninya.
Laila                            : “Herman.. apa kau lihat bintang-bintang itu.. bintangnya berkurag lagi..
                                        apakah bintang itu bintang kemerdekaan? Apa kau telah meraihnya
                                        untukku? Kau memang telah meraihnya Man.. terimakasih untuk itu,
                                        tapi mengapa kini kau yang terperangkap di dalam langit itu?
                                        seharusnya kau tak perlu menukar posisimu dengan bintang itu.
                                        Jujur saja aku lebih bahagia terjajah asalkan bersamamu
                                        dibandingkan merdeka tanpamu.. itu menyakitkan.. langit biru telah
                                        menelanmu.. dan angin telah membawa tawamu.. kini hanya
                                        kenangan yang bisa mengingatkanku padamu.. Herman.. apakah
                                        angin adalah belaianmu? Apakah hujan adalah tangisanmu? Ataukah
                                        guntur adalah kemarahanmu? Aku tahu kau memperhatikanku dari
                                        atas sana, aku akan hidup bahagia untukmu.. karena aku
                                        mencintaimu Herman.. dan maafkan aku karena tak bisa
                                        melindungimu..”
Pada akhirnya, harapan semua warga tercapai termasuk cita-cita Herman, pada tanggal 14 Januari 1914 kejayaan berhasil kami peroleh. Dengan berjalannya waktu, perekonomian desaku pun kembali normal, masyarakat hidup dengan sejahtera, semuanya aman dan tentram tak terjajah. Semua telah kembali seperti semula, tapi hatiku takkan pernah kembali seperti semula, luka dan rasa sakit ini takkan pernah sembuh. Aku terlanjur telah mengukir namamu secara permanen dihatiku, aku akan selalu mencintaimu, aku takkan pernah melupakanmu, aku takkan melupakan perjuangan dan jasamu Herman, aku akan selalu mengingat kenangan ini, kenangan 14 Januari yang sangat bermakna, yang telah membebaskan kami dari penjajahan, yang telah membangun desa ini kembali, yang telah membangun luka besar dihatiku, dan yang telah merenggut bintangku untuk selamanya.

\